Translate this page dude

Rabu, 21 November 2012

Kisah Sukses: Empat Bisnis Sampingan


Kisah Sukses: Ubaidilah Karyawan dengan Empat Bisnis Sampingan

Meski hanya tamat SMA, Ubaidilah memiliki bisnis yang mampu memberinya pendapatan tambahan puluhan juta rupiah per bulan. Menurut dia, penghasilan tambahannya berlipat dari gaji sebagai karyawan di sebuah lembaga pendidikan.

 

Telinga Ubaidilah selalu meradang ketika mendengar pendapat miring sebagian masyarakat tentang karakter warga Betawi. Masyarakat melabeli putra Betawi sebagai warga yang jarang mengenyam pendidikan tinggi, mengandalkan hidup dari jual beli tanah, atau menjadi juragan rumah kontrakan.
Jadilah Ubai kecil mencoba melawan pendapat itu. Ia mengasah jiwa entrepreneurship dengan menjadi pedagang kecil-kecilan. Sekadar mengisi waktu luang selepas sekolah. “Saya pernah jualan layang-layang. Saat Ramadhan, saya memanfaatkan momen dengan berjualan petasan, “Kenang dia, terkekeh. Bahkan, menghabiskan waktu membantu kakaknya dagang di pasar.
‘Kebiasaan’ berdagang ini berlanjut hingga Ubai berkarir di Lembaga Bimbingan Belajar AKSEL (Nurul Fikri Group), sebagai Manajer Operasional. Saat ini, pria kelahiran Bogor, 29 September 1982 ini memiliki empat unit usaha.
Pada 2008, ia memulai jejak bisnis dengan mendirikan Toko Herbal Nadia. Dua tahun kemudian, Ubai membeli franchise Susu Oke. Di tahun yang sama, ia juga menjadi investor gerai Bakso Kepala Sapi. Dan, yang paling gres, Ubai menggandeng kawan untuk membuka gerai Soto Kauman di Gandul, Cinere, Depok. “Untuk Soto Kauman saya pakai sistem bagi hasil 60:40. Di mana 40% untuk saya“, imbuh lelaki yang Cuma tamatan SMA ini.
Lalu, dari mana Ubai mendapatkan modal usaha? “Modal dengkul!,”seloroh Ubai. Ia menjelaskan tak mungkin mengandalkan gaji untuk modal usaha. “Saya berupaya membangun bisnis dengan baik dan jujur agar orang jadi percaya. Dari situ, investor bakal yang tertarik membantu bisnis saya. “Kata Ubai. Namun, untuk mendirikan bisnis pertama, Ubai mengaku harus menggadaikan mas kawin.
Padahal, saat akan menikah, ia sempat terbelit utang. Untungnya, bisnis pertama menunjukkan progres yang baik. Alhasil, investor mulai bedatangan. Selanjutnya, Ubai tinggal pandai-pandai saja memutar uang untuk memodali dan membangun bisnis selanjutnya. Track record bisnisnya yang bersih membuat Ubai tidak sulit mendapatkan kepercayaan investor.
Oleh karena masih bekerja kantoran, Ubai harus pandai-pandai mengatur waktu. “Tak ada kata libur dalam kamus saya,” tegas Ubai. Selepas bekerja kantoran, ia akan mengurus toko herbal dan dua gerai kuliner miliknya. Di akhir pekan, ia menghabiskan waktu untuk mengontrol seluruh bisnisnya. Beruntung, Ubai tak mendapatkan masalah dari perusahaan tempat ia bekerja saat ini. “Selama tidak mengganggu pekerjaan dan mencuri waktu mengurus bisnis di jam kerja, “tutur Ubai yang telah mengabdikan diri di Nurul Fikri Group selama 11 tahun.
Kini, Ubai menuai buah manis dari bisnis yang dirintisnya. Dalam satu bulan, bisnis toko herbal memberinya profit Rp20 jutaan, gerai susu juga memberinya Rp20 jutaan perbulan. Gemerincing uang Ubai makin bertambah dari bagi hasil gerai bakso dan soto.
Seharusnya, dengan penghasilan tambahan sedemikian besar, yang berlipat dari gaji bulanannya, Ubai sudah memutuskan untuk pindah kuadran. Tapi, “Watunya belum tepat. Jika semua sudah benar-benar siap dan kondisinya sudah stabil saya akan menjadi entrepreneur penuh waktu,” janji Ubai. Kendati demikian, ia mengaku puas.
Menjadi entrepreneur di sela-sela kesibukan sebagai orang karyawan, Ubai mampu mematahkan stereotipe putra betawi yang hanya sukses menjadi tukang calo tanah atau juragan kontrak. “saya bangga bisa sukses berbisnis,” tutup dia, bangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar